Sejak virus COVID-19 melanda lebih dari 1 tahun yang lalu, masyarakat Indonesia masih harus terus beradaptasi dengan kondisi pandemi. Rangkaian pelaksanaan vaksinasi yang sudah dilakukan sepanjang tahun 2021 ini pun tidak sejalan dengan peningkatan angka penularan COVID-19. Varian baru yang terus bermunculan juga mengakibatkan pemerintah harus tetap waspada dan berhati – hati. Penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dibagi dalam beberapa level telah menjadi keniscayaan yang harus dihadapi saat ini. Karena itu, banyak perusahaan yang pada akhirnya mengharuskan karyawannya untuk bekerja dari rumah – WFH (work from home), yang menyebabkan kelelahan (fatigue) akibat pandemi yang dialami oleh para pekerja.
Indonesia telah mengadopsi kebiasaan WFH lebih dari satu tahun, dan terus meningkatkan kewaspadaannya karna total infeksi COVID yang sempat menyentuh angka 50.000 kasus baru dalam sehari. Berbagai upaya telah dilakukan seperti program vaksinasi yang sudah dibagikan kepada hampir 59 juta warga di Indonesia – menjadikan Indonesia peringkat 6 dunia dalam hal populasi tervaksin. Selain itu, pemerintah juga kembali memberlakukan pembatasan sosial adanya program PPKM yang dibagi dalam beberapa level bergantung pada wilayahnya. .
Tidak dapat dimungkiri, pandemi telah membawa banyak perubahan pada cara perusahaan beroperasi. Perubahan dan adaptasi yang terus menerus terjadi ini memunculkan fenomena bernama “Pandemic Fatigue” yang menyebabkan banyak pekerja mengalami tingkat kecemasan dan kelelahan yang konstan.
Tak ada yang bisa memprediksi kapan pastinya pandemi COVID-19 akan berakhir. Hal ini menjadi titik penting yang membentuk akar permasalahan emosional bagi banyak orang. Banyak yang telah kehilangan orang terdekat mereka, bahkan pekerjaan mereka selama beberapa bulan terakhir. Gaya hidup di masa pandemi yang membuat kita semua harus berada di rumah hampir sepanjang waktu – hanya memperburuk rasa lelah ini. Tindakan pencegahan virus yang ekstra telah mengubah rutinitas kita sehari – hari, dan membawa kita ke dalam kebiasaan yang baru.
Industri – terutama yang sangat didorong oleh relasi – harus menyesuaikan diri dengan irama kerja baru dan bekerja secara lebih cerdas. Selain fakta bahwa tidak semua karyawan memiliki peralatan-peralatan kantor dengan lengkap di rumah, perusahaan di seluruh industri menemukan bahwa berkomunikasi melalui panggilan video dan berbagai aplikasi perpesanan menjadi terbatas ketika mereka ingin berinteraksi dengan orang – orang dan memperkuat hubungan dengan klien, rekan dan mitra.
Kehidupan pekerjaan dan pribadi seakan menyatu bagai pedang bermata dua. Pada sisi baiknya, karyawan tidak perlu berurusan dan menghabiskan waktu dengan lalu lintas yang sangat padat seperti di Jakarta, jika anda bukan orang yang suka bangun pagi, anda juga akan setuju bahwa hal ini sangat melegakan karena tidak perlu bangun lebih pagi untuk menghindari kemacetan yang ada di tengah kota. Bekerja dari rumah, memungkinkan orang tua untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak – anak mereka dan memperkuat relasi tersebut. Namun di sisi lain, kerja dari rumah juga memberikan lebih banyak distraksi – karena para pekerja tidak dapat melepaskan diri dari kewajiban pribadi di rumah.
Tingkat stres yang tinggi berarti para rekan kerja perlu saling memperbaiki cara mereka bekerja agar menjadi lebih baik. Hal ini merupakan tanggung jawab organisasi dan pemimpin untuk membuka saluran komunikasi antar kolega agar mereka dapat saling memahami bagaimana menciptakan budaya yang membuat para karyawan terbuka tentang masalah yang mereka hadapi.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memerangi pandemic fatigue dalam tim.
Biasanya, stres adalah keadaan yang disebabkan oleh pertemuan faktor-faktor yang menghambat kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Ketika seseorang berada di ambang kelelahan akibat pandemi, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah melalui diskusi dengan manajer masing-masing untuk membahas solusi agar dapat bekerja lebih efektif untuk meringankan beban emosionalnya.
Sayangnya, kebanyakan karyawan enggan untuk membagikan masalah pribadi mereka dengan manajernya. Maka dari itu, seorang pemimpin harus mencoba untuk mengubah budaya mereka dengan meluangkan waktu untuk berbicara dengan anggota tim mereka di luar pekerjaan atau melakukan sanity call dengan setiap anggota tim. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan setiap anggota merasa terisolasi dari tim mereka yang lain dalam pengaturan WFH.
Karyawan harus tahu kapan harus berhenti, bernafas, menghilangkan stres, dan mengisi ulang tenaga. Mengambil cuti sesekali dapat membantu untuk menyegarkan diri dan mengatur pikiran kembali. Dalam jangka panjang, hal-hal tersebut bisa membantu meningkatkan fokus di tempat kerja dan meningkatkan tingkat produktivitas. Sangat tidak sehat untuk mendorong diri sendiri melampaui batas, karena saat menghadapi banyak pemicu stress, otak juga bisa kelebihan beban dan tidak bekerja dengan optimal. Maka bertindaklah dengan bijak, ambil hari libur, beristirahat, dan kembali bekerja bersama rekan-rekan satu tim Anda dengan pikiran yang lebih segar.
Bekerja dari rumah telah mengaburkan batas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Tetapi walaupun rumah otomatis berubah menjadi tempat kerja di masa pandemi ini, karyawan harus tetap memperhatikan jam kerja dan jangan sampai bekerja sepanjang waktu hingga kebutuhan/kewajiban pribadi mereka menjadi terabaikan. Bekerja di masa new normal bukan berarti selalu siap mengurusi pekerjaan. Melakukan hal tersebut hanya akan memicu stres yang mengarah pada kelelahan berlebih (burnout), yang pada akhirnya menghasilkan situasi lose-lose, baik bagi pekerjaan maupun kehidupan karyawan.
Campur tangan organisasi untuk membuat karyawan tetap terlibat dapat mengurangi kecemasan dan menumbuhkan kepercayaan di tengah ketidakpastian. Kelelahan akibat pandemi sangat nyata, jadi perusahaan harus memprioritaskan hubungan antar karyawan dan membangun budaya kerja empatik. Berusahalah untuk memahami apa yang dibutuhkan karyawan, karena hal ini bisa sangat membantu dalam memberdayakan dan mendukung staf Anda di masa yang tidak pasti ini.
PRecious bekerja dengan ONE Championship, organisasi seni bela diri terbesar di dunia, untuk menghadirkan publisitas dan ketertarikan terhadap acara yang diselenggarakan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, PRecious berhasil menciptakan kehebohan di kawasan dengan menghadirkan sebuah “buzz video”, yang menampilkan para influencer Indonesia seperti Stefer Rahardian, Ramdani Lestaluhu dan Hesti Purwadinata. Video tersebut akan ditayangkan di akun Facebook dan Instagram para influencer tersebut.
PRecious membantu PT Campina Ice Cream Industry meluncurkan LuVe, es krim vegan rendah kalori dibuat dari susu kedelai, di Yogyakarta. PRecious menggunakan gabungan PR tradisional dan pelibatan influencer untuk memperkenalkan penawaran terbaru dari Campina. Kampanye ini mendapatkan perhatian dari media lokal, nasional dan media sosial Instagram.
BASF Indonesia, produsen produk kimia terbesar di dunia, menunjuk PRecious untuk mengatur strategi komunikasi di acara “We Create Chemistry” dalam rangka merayakan ulang tahun ke-40 perusahaan mereka di Negara ini. Pada acara ini, BSAF bermaksud mengumumkan inovasi-inovasi baru di bidang produksi kimia. Dengan menyelenggarakan dan melaksanakan diskusi media roundtables dengan Presiden Direktur BASF, PRecious membantu menempatkan BASF di media utama Indonesia, termasuk CNN Indonesia. Langkah ini secara efektif memposisikan mereka sebagai pakar utama di industri mereka.
Mimpi adalah perusahaan yang menawarkan matras tidur mewah dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia. PRecious membantu Mimpi menciptakan kesadaran terhadap merek dan teknologi yang mereka gunakan dengan merangkul influencer lokal sehingga dapat menjangkau beragam saluran media. Selain merangkul para influencer lokal, peluncuran pers juga diatur untuk mendukung tujuan Mimpi di Indonesia. Hasilnya, merek ini semakin dikenal, teknologi matras tidurnya semakin dipahami dan menerima banyak perhatian jika dilihat dari jumlah like dan follower di media sosial.
PRecious worked with ONE Championship, the world’s largest martial arts organisation, to generate hype and interest around an event that took place in Indonesia. To achieve this, PRecious successfully created excitement in the region through the creation of a “buzz video”, featuring Indonesian influencers such as Stefer Rahardian, Ramdani Lestaluhu and Hesti Purwadinata. The video was circulated on the influencers’ Facebook and Instagram.
PRecious helped PT Campina Ice Cream Industry launch LuVe, a low calorie, vegan ice cream made using soy milk, in Yogyakarta. PRecious employed a combination of traditional public relations and influencer engagement to spread awareness of the new offering from Campina. The campaign received attention in local media, national media and on Instagram.
BASF Indonesia, the largest chemical producer in the world, appointed PRecious to drive communications around the “We Create Chemistry” event to celebrate their 40th anniversary in the country. At the event, BSAF intended to announce new innovations in chemical production. By organising and executing media roundtables with BASF’s President Director, PRecious helped place BASF in key Indonesian media, including CNN Indonesia. This effectively positioned them as thought leaders in their industry.
Mimpi is a company that aims to offer luxurious and affordable mattresses to everyone in Indonesia. PRecious helped Mimpi to create awareness for the brand and the technology that they use through localised influencer engagements, resulting coverage in various media outlets. In addition to these engagements, a press launch was also organised to support Mimpi’s goal in Indonesia. As a result, the brand received increased awareness, a better understanding of the technology behind the mattresses and higher engagement, in terms of likes and followers, on social media.